Jumat, 21 April 2017

Kategori Penari Indonesia

Biografi Farida Oetoyo

Farida Oetoyo

Farida Oetoyo (lahir di Solo, Jawa Tengah, 7 Juli 1939; umur 72 tahun) adalah seorang maestro balet Indonesia.Setidaknya dua nomor balet berlabel Rama & Shinta dan "Gunung Agung Meletus" merupakan karya masterpiece koreografer Farida Oetoyo. Di samping kedua karya besar ini, masih ada karya lainnya yang bisa di catat sebagai karya handal monumental. Di antaranya balet "Carmina Burana", "Putih-Putih" dan "Daun Fulus". "Gunung Agung Meletus" dan "Rama & Shinta", mendapat sambutan hangat saat dipentaskan di Teater Terbuka dan Teater Arena Taman Ismail Marzuki tahun 70-an. Tak heran bila angin segar menerpa penggemar balet di Indonesia. Publik sangat antusias menonton sajian berkualitas. Lima ribu tempat duduk yang tersedia di Teater Terbuka padat penonton. Bahkan kalangan pers juga mempunyai andil besar. Menyambut dengan menurunkan berirta dan artikel-artikel menarik dimedia cetak mereka.Tidaklah berlebihan bila Farida Oetoyo, yang pernah menjadi primadona di panggung balet dunia disebut sebagai "Maestra Balet" Indonesia, mengingat ia pernah bergabung dengan "Teater Bolshoi" di Rusia dan berpentas di sejumlah negara Eropa serta Amerika. Bahkan hingga sekarang masih aktif mengajar balet di sekolah balet "Sumber Cipta" miliknya di Ciputat Jakarta Selatan.

Biografi Tati Saleh

Tati Saleh

Raden Siti Hatijah (lebih dikenal dengan nama Tati Saleh; lahir di Jakarta, 24 Juli 1944 – meninggal di Bandung, 9 Februari 2006 pada umur 61 tahun) adalah seorang penari jaipongan asal Indonesia.
Ayahnya, Abdullah Saleh, adalah seorang seniman yang juga berprofesi sebagai Kepala Kebudayaan Ciamis, sedangkan ibunya adalah pengajar seni tari dan tembang. Selain ayahnya, Tati Saleh mempelajari seni tari dari R. Enoch Atmadibrata, Ono Lesmana, serta tokoh tari Sunda, R. Cece Somantri.
Di Konservatori Karawitan (Kokar), ia dan beberapa rekannya menggubah beberapa Seni Ibing Jaipongan seperti Lindeuk Japati, Rineka Sari, Mega Sutra. Pada tahun 1960-an, ia juga, bersama Indrawati Lukman, Irawati Durban, Tien Sapartinah dan Bulantrisna Jelantik, dikenal sebagai penari istana.
Saleh meninggal dunia pada 9 Februari 2006 akibat komplikasi luka lambung, vertigo dan diabetes. Ia meninggalkan suaminya, Maman Sulaeman dan tiga orang anak.

Biografi Sardono Waluyu Kusumo

Sardono Waluyo Kusumo

Sardono Waluyo Kusumo (lahir di Solo, 6 Maret 1945; umur 66 tahun) adalah seorang penari, koreografer, dan sutradara film asal Indonesia. Ia adalah salah seorang tokoh tari kontemporer Indonesia.
Sardono pertama kali belajar menari tarian klasik Jawa 'alusan' pada R.T. Kusumo Kesowo (master tari kraton Surakarta). Pada tahun 1961, R.T. Kusumo Kesowo menciptakan sendratari kolosal Ramayana yang dipentaskan di Candi Prambanan. Tari kolosal ini melibatkan 250 penari dengan dua set orkestra gamelan. Sardono diserahi tugas untuk menarikan tokoh Hanoman - meskipun ia terlatih sebagai penari 'alusan' bukan 'gagahan'. Pada awalnya ia kecewa, namun tugas ini memberinya inspirasi untuk mengadaptasi gerakan Hanoman di tari Jawa dengan silat yang ia pelajari sejak umur 8 tahun setelah ia melihat komik Tarzan.
Pada tahun 1968 ia menjadi anggota termuda IKJ pada usia 23 tahun. Pada tahun 1970-an ia mendirikan Sardono Dance Theatre. Sardono pernah mendapatkan penghargaan Prince Claus Awards dari Kerajaan Belanda pada tahun 1997. Sejak 14 Januari 2004 ia adalah Guru Besar Institut Kesenian Jakarta (IKJ).

Macam macam tarian tradisional

1. Tari Saman (Aceh)

01 tari saman
Tari Saman biasa digunakan untuk peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Tari Saman juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

2. Tari Tor-Tor (Sumatera Utara)

02 tari tor tor
Tari Tor-Tor ditampilkan dalam acara-acara adat dan penyambutan sekaligus untuk menghormati Sang Pencipta dan para leluhur.

3. Tari Piring (Sumatera Barat)

Awalnya sebagai tarian adat untuk memberikan persembahan atau ucapan syukur pada para Dewa saat musim panen.

4. Tari Sekapur Sirih (Jambi)

04 tari sekapur sirih
Tarian ini digunakan untuk menyambut tamu dan ditarikan oleh wanita.

5. Tari Cokek (Banten)

05 tari cokek
Gerakan tari Cokek dipengaruhi unsur Cina dan biasa digunakan pengiring untuk pertunjukkan kesenian.

6. Tari Yapong (DKI Jakarta)

06 tari yapong
Gerakan tarian Yapong sangat bervariasi dan disesuaikan dengan acara. Tarian ini juga biasa digunakan sebagai tarian pengiring.

7. Tari Jaipong (Jawa Barat)

07 tari jaipong
Tari Jaipong selalu digunakan di tiap acara. Tarian ini menunjukkan keindahan dan kelembutan.

8. Tari Serimpi (Jawa Tengah)

08 tari serimpi
Tarian ini identik dengan gerakan pelan nan gemulai layaknya tarian klasik.

9. Tari Bedhaya (DI Yogyakarta)

09 tari bedhaya
Merupakan tarian kebesaran dan hanya ditampikan saat upacara peringatan kenaikan tahta raja.

10. Tari Reog Ponorogo (Jawa Timur)

10 tari reog ponorogo
Tarian ini berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat yang diperankan oleh sosok warok dan gemblak.

11. Tari Bali (Bali)

11 tari bali
Tari Bali tidak selalu bergantung pada alur cerita. Tujuan utama penari Bali adalah untuk menarikan tiap tahap gerakan dan rangkaian dengan ekspresi penuh. Kecantikan tari Bali tampak pada gerakan-gerakan yang abstrak dan indah.

12. Tari Maengket (Sulawesi Utara)

12 tari maengket
Tarian ini melambangkan ucapan syukur saat panen padi yang melimpah.

13. Tari Cakalele (Maluku)

13 tari cakalele
Merupakan sejenis tarian perang yang dilakoni para pria sedangkan penari wanita hanya sebagai penari pendukung.

14. Tari Musyoh (Papua)

14 tari musyoh
Merupkan tarian sakral untuk mengusir arwah orang yang meninggal.

15. Tari Suanggi (Papua Barat)

15 tari suanggi
Tarian ini mengisahkan seorang suami ditinggal mati istrinya yang menjadi korban angi-angi (jejadian).

Biografi Tjetje Sumantri

5. Tjetje Sumatri
       Tjetje yang lahir dengan nama Rd. Roesdi Somantri Diputra meniti kariernya  sebagai penari tayuban di pendopo kabupaten. Kemahiran ini dikuasai berkat ketekunannya mempelajari berbagai jenis tari dan bahkan pencak silat.
Masa jayanya mencapai puncak, ketika ia memimpin perkumpulan Rinenggasari (1958- 1965). Sampai tahun 1963, ia menyumbang sekitar 44 karya tari, walaupun sumbersumber penataan tari ciptaannya banyak bersumber dari guru tari lainnya. Penerima tanda penghargaan Piagam Wijya Kusumah (1961) itu mengabdikan diri pada seni tari Sunda sampai akhir hayatnya. Ia meninggal tahun 1963, ketika masih mengajarkan tari Patih
      Ronggana sebagai salah satu ciptaannya. Sebagian karya yang dihasilkan Tjetje
Sumantri adalah tari Koncaran, Anjasmara, Sulintang, Pamindo, tari Merak, tari Kukupu, tari Tenun, tari Dewi Serang, tari Kandagan, dan tari Topeng Koncaran.

Biografi Didik Nini Thowok

4. Didik Nini Thowok
       Didik Nini Thowok terlahir dengan nama Kwee Tjoen Lian. Namun, kemudian orangtuanya mengubah namanya menjadi Kwee Tjoen An. Ia lahir di Temanggung, Jawa Tengah, 13 November 1954.
       Didik dikenal sebagai penari, koreografer, komedian, pemain pantomim, penyanyi, dan pengajar. Koreografi tari ciptaan Didik yang pertama dibuat pada pertengahan tahun 1971, diberi judul “Tari Persembahan”, yang merupakan gabungan gerak tari Bali dan Jawa. Didik tampil kali pertama sebagai penari wanita, berkebaya, dan bersanggul saat acara kelulusan SMA tahun 1972 membawakan tari Persembahan yang ditarikan dengan luwes dan memukau. Setelah menyandang gelar SST (Sarjana Seni Tari), Didik ditawari almamaternya, ASTI Yogyakarta untuk mengabdi sebagai staf pengajar. Selain diangkat menjadi
dosen di ASTI, ia juga diminta jadi pengajar Tata Rias di Akademi Kesejahteraan Keluarga (AKK) Yogya.

Biografi Sasminta Mardawa

3. Sasminta Mardawa
       Sasminta Mardawa atau akrab dipanggil Romo Sas, lahir di Yogyakarta, 9 April 1929. Ia digelari sebagai empu seni tari klasik gaya Yogyakarta. Dia
menghadirkan nuansa tersendiri dalam dunia tari klasik Indonesia, khususnya dalam pengembangan tari klasik gaya Yogyakarta. Seniman ini punya andil menjadikan tari klasik Jawa digemari oleh masyarakat nasional dan dunia, pada era modern abad keduapuluhsatu ini. Dia seniman yang konsekuen pada jalur pengabdian sosial budaya secara utuh.
      Romo Sas adalah penari, guru, sekaligus koreografer telah melahirkan banyak seniman tari. Dia telah menciptakan lebih dari 100 gubahan tari-tarian klasik, gaya Yogyakarta, baik tari tunggal untuk putra dan putri, maupun tari berpasangan dan tari fragmen. Di antara karya-karya tarinya yang sangat digemari adalah tari Golek, Beksan, Srimpi, dan Bedhaya. Meskipun tidak memiliki ijzah sarjana, dia telah dipercaya menjadi dosen tamu di sebuah perguruan tinggi di Amerika Serikat. Romo Sas juga pernah tampil di Malaysia, Filipina, Jepang, Amerika, dan Eropa. Penghargaan pun mengalir sebagai bukti pengakuan atas karya-karyanya. Di antaranya Hadiah Seni dari Gubernur DIY tahun 1983, hadiah seni dari Mendikbud RI tahun 1985, dan Certifiate of Apprecition dari Lembaga Kebudayaan Amerika tahun 1987.

Biografi Sujana Arja

2. Sujana Arja
       Menari bagi Sujana Arja merupakan pekerjaan pokok dan hidupnya. Ketika remaja (pada tahun 1940an), ia sering ikut bersama grup kesenian pimpinan Ayahnya untuk “ngamen” (dalam istilah Cirebon, disebut bebarang). Ia sering ikut keliling kampung berhari-hari, bahkan berbulan-bulan untuk menari topeng dari rumah ke rumah. Pengalaman ngamen selama bertahun-tahun kini bagi SujanaArja merupakan pengalaman yang sangat berharga. Sekarang, ia adalah pimpinan grup kesenian Panji Asmara yang masih ada hingga sekarang. Ia terampil menari, menabuh, mendalang, dan melatihkan semua bakat dan keahlian yang ia miliki. Sujana Arja merupakan sosok seniman topeng (maestro topeng) Cirebon yang serba terampil. Usahanya untuk memperkenalkan seni budaya Indonesia dimulai sejak ngamen di lorong-lorong kampung hingga pertunjukan panggung bergengsi internasional. (seni tari Allien Waritunnisa)

Biografi Bagong Kussudiarjo

1. Bagong Kussudiardjo
       Koreografer dan pelukis kenamaan yang digelari begawan seni ini lahir di Yogyakarta, 9 Oktober 1928. Dalam dunia tari Indonesia, sempat muncul aliran
‘Bagongisme’, yang merujuk pada karakter tarian-tarian khas Bagong. Sebagai pencipta tari dan koreografer, Bagong mampu melahirkan dan membawakan tari-tarian dengan gerak-gerak yang dimanis, energik, dan hidup.
Selain energik, Bagong juga mendasarkan estetika seni tarinya pada keikhlasan untuk mengabdi pada kemanusiaan. Keikhlasan dan pengabdian itu mewarnai hampir semua karya
       Bagong, seperti tari Layang-layang (1954), tari Satria Tangguh, dan Kebangkitan dan Kelahiran Isa Almasih (1968), juga Bedaya Gendeng (1980-an). Pada 5 Maret 1958, ia mendirikan Pusat Pelatihan
Tari Bagong Kusudiardjo. Sejak itu banyak penari bermunculan. Setelah sekian lama berpraktek menari dan melakukan observasi, Bagong akhirnya memutuskan untuk mendirikan padepokan seni di bidang tari, ketoprak, karawitan, dan sinden pada tanggal 2 Oktober 1978.

       Selama hidupnya, Bagong menciptakan lebih dari 200 tari dalam bentuk tunggal atau massal. Romo Gong (sapaan akrab dari Bagong Kusudiarjo) telah mencipta lebih 200 tari dalam bentuk tunggal atau massal. Beberapa karya lainnya yang dihasilkan adalah tari Batik, Keris, Reog, dan Yapong.

Macam macam tari kelompok

TARI TRADISIONAL
Tari tradisional merupakan sebuah bentuk tarian yang sudah lama ada. Tarian ini diwariskan secara turun temurun. Sebuah tarian tradisional biasanya mengandung nilai filosofis, simbolis dan relegius. Semua aturan ragam gerak tari tradisional, formasi, busana, dan riasnya hingga kini tidak banyak berubah

TARI TRADISIONAL KLASIK
Tari tradisional klasik dikembangkan oleh para penari kalangan bangsawan istana. Aturan tarian biasanya baku atau tidak boleh diubah lagi. Gerakannya anggun dan busananya cenderung mewah. Fungsi : sebagai sarana upacara adat atau penyambutan tamu kehormatan. Contoh : Tari Topeng Kelana (Jawa Barat), Bedhaya Srimpi (Jawa Tengah), Sang Hyang (Bali), Pakarena dan pajaga (Sulawesi Selatan)
TARI TRADISIONAL KERAKYATAN
Berkembang di kalangan rakyat biasa. Gerakannya cenderung mudah Ditarikan bersama juga iringan musik. Busananya relatif sederhana. Sering ditarikan pada saat perayaan sebagai tari pergaulan. Contoh: Jaipongan (Jawa Barat), payung (Melayu), Lilin (Sumatera Barat)
TARI KREASI BARU
Merupakan tarian yang lepas dari standar tari yang baku. Dirancang menurut kreasi penata tari sesuai dengan situasi kondisi dengan tetap memelihara nilai artistiknya. Tari kreasi baik sebagai penampilan utama maupun sebagai tarian latar hingga kini terus berkembang dengan iringan musik yang bervariasi, sehingga muncul istilah tari modern. Pada garis besarnya tari kreasi dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
- Tari Kreasi Baru Berpolakan Tradisi
Yaitu tari kreasi yang garapannya dilandasi oleh kaidah-kaidah tari tradisi, baik dalam koreografi, musik/karawitan, rias dan busana, maupun tata teknik pentasnya. Walaupun ada pengembangan tidak menghilangkan esensiketradisiannya.
- Tari Kreasi Baru Tidak Berpolakan Tradisi (Non Tradisi)
Tari Kreasi yang garapannya melepaskan diri dari pola-pola tradisi baik dalam hal koreografi, musik, rias dan busana, maupun tata teknik pentasnya. Walaupun tarian ini tidak menggunakan pola-pola tradisi, tidak berarti sama sekali tidak menggunakan unsur-unsur tari tradisi, mungkin saja masih menggunakannya tergantung pada konsep gagasan penggarapnya. Tarian ini disebut juga tari modern, yang istilahnya berasal dari kata Latin “modo” yang berarti baru saja.
TARI KONTEMPORER
Gerakan tari kontemporer simbolik terkait dengan koreografi bercerita dengan gaya unik dan penuh penafsiran. Seringkali diperlukan wawasan khusus untuk menikmatinya. iringan yang dipakai juga banyak yang tidak lazim sebagai lagu dari yang sederhana hingga menggunakan program musik komputer seperti Flutyloops.

Pengertian seni tari

Pengertian seni tari yaitu gerak badan secara berirama yang dilakukan ditempat serta waktu tertentu buat keperluan pergaulan, mengungkap perasaan, maksud, serta pikiran. Bunyi-bunyian yang dimaksud musik pengiring tari mengatur gerakan penari serta menguatkan maksud yang mau di sampaikan. Gerakan tari tidak sama dari gerakan sehari-hari seperti lari, jalan, atau bersenam. Gerak didalam tari tidaklah gerak yang realistis, tetapi gerak yang sudah di beri bentuk ekspresif serta estetis. Suatu tarian sesungguhnya adalah kombinasi dari sebagian buah unsur, yakni wiraga (raga), Wirama (irama), serta Wirasa (rasa). Ketiga unsur tersebut melebur jadi bentuk tarian yang serasi. Unsur paling utama dalam tari yaitu gerak. Gerak tari senantiasa melibatkan unsur anggota badan manusia. Unsur-unsur anggota badan itu di dalam membuat gerak tari bisa berdiri dengan sendiri, berhimpun maupun bersambungan. 
Pengertian Seni Tari, Jenis dan Macam Macam Seni Tari
Menurut jenisnya, tari digolongkan menjadi tari rakyat, tari klasik, dan tari kreasi baru. Dansa adalah tari asal kebudayaan Barat yang dilakukan pasangan pria-wanita dengan berpegangan tangan atau berpelukan sambil diiringi musik.Sedangkan berdasarkan koreografinya, jenis jenis tari dibedakan menjadi :

Ads

- Tari tunggal ( Solo ), Tari tunggal adalah tari yang diperagakan oleh seorang penari, baik laki-laki maupun perempuan. Contohnya tari Golek ( Jawa Tengah ).
- Tari berpasangan ( duet/pas de duex), Tari berpasangan adalaah tari yang diperagakan oleh dua orang secara berpasangan. Contohnya tari Topeng (Jawa Barat).
- Tari kelompok ( Group choreography), Tari kelompok yaitu tari yang diperagakan lebih dari dua orang.
Dalam sebuah tarian (terutama tari kelompok), pola lantai perlu diperhatikan. Ada beberapa macam pola lantai pada tarian, antara lain :
1. Pola lantai vertikal : Pada pola lantai ini, penari membentuk garis vertikal, yaitu garis lurus dari depan ke belakang atau sebaliknya.
2. Pola lantai Horizontal : Pada pola lantai ini, penari berbaris membentuk garis lurus ke samping.
3. Pola lantai diagonal : Pada pola lantai ini, penari berbaris membentuk garis menyudut ke kana atau ke kiri.
4. Pola lantai melingkar : Pada pola lantai ini, penari membentuk garis lingkaran.

Biografi B.J Habibie

Biografi B.J HabibieBiografi B.J Habibie - Banyak orang mencari mengenai kisah, profil atau biografi singkat B.J Habibie. Dia adalah salah satu tokoh panutan dan menjadi kebanggaan bagi banyak orang di Indonesia dan juga Presiden ketiga Republik Indonesia, dialah Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie dilahirkan di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada tanggal 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal. Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak.

Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda dan membaca ini dikenal sangat cerdas ketika masih menduduki sekolah dasar, namun ia harus kehilangan bapaknya yang meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung saat ia sedang shalat Isya.

Tak lama setelah ayahnya meninggal, Ibunya kemudian menjual rumah dan kendaraannya dan pindah ke Bandung bersama Habibie, sepeninggal ayahnya, ibunya membanting tulang membiayai kehidupan anak-anaknya terutama Habibie.

Karena kemauan untuk belajar Habibie kemudian menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya.

Masuk ITB dan Kuliah di Jerman
Karena kecerdasannya, Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk di ITB (Institut Teknologi Bandung), Ia tidak sampai selesai disana karena beliau mendapatkan beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliahnya di Jerman, karena mengingat pesan Bung Karno tentang pentingnya Dirgantara dan penerbangan bagi Indonesia maka ia memilih jurusan Teknik Penerbangan dengan spesialisasi Konstruksi pesawat terbang di Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule (RWTH).

Ketika sampai di Jerman, beliau sudah bertekad untuk sunguh-sungguh dirantau dan harus sukses, dengan mengingat jerih payah ibunya yang membiayai kuliah dan kehidupannya sehari-hari. Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1955 di Aachean, 99% mahasiswa Indonesia yang belajar di sana diberikan beasiswa penuh. Hanya beliaulah yang memiliki paspor hijau atau swasta dari pada teman-temannya yang lain.

Musim liburan bukan liburan bagi beliau justru kesempatan emas yang harus diisi dengan ujian dan mencari uang untuk membeli buku. Sehabis masa libur, semua kegiatan disampingkan kecuali belajar. Berbeda dengan teman-temannya yang lain, mereka; lebih banyak menggunakan waktu liburan musim panas untuk bekerja, mencari pengalaman dan uang tanpa mengikuti ujian.

B.J Habibie ketika Memberikan Ceramah
Beliau mendapat gelar Diploma Ing, dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 dengan predikat Cumlaude (Sempurna) dengan nilai rata-rata 9,5, Dengan gelar insinyur, beliau mendaftar diri untuk bekerja di Firma Talbot, sebuah industri kereta api Jerman.

Pada saat itu Firma Talbot membutuhkan sebuah wagon yang bervolume besar untuk mengangkut barang-barang yang ringan tapi volumenya besar. Talbot membutuhkan 1000 wagon. Mendapat persoalan seperti itu, Habibie mencoba mengaplikasikan cara-cara kontruksi membuat sayap pesawat terbang yang ia terapkan pada wagon dan akhirnya berhasil.

Setelah itu beliau kemudian melanjutkan studinya untuk gelar Doktor di Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean kemudian Habibie menikah pada tahun 1962 dengan Hasri Ainun Habibie yang kemudian diboyong ke Jerman, hidupnya makin keras, di pagi-pagi sekali Habibie terkadang harus berjalan kaki cepat ke tempat kerjanya yang jauh untuk menghemat kebutuhan hidupnya kemudian pulang pada malam hari dan belajar untuk kuliahnya.

Istrinya Nyonya Hasri Ainun Habibie harus mengantri di tempat pencucian umum untuk mencuci baju untuk menghemat kebutuhan hidup keluarga. Pada tahun 1965 Habibie mendapatkan gelar Dr. Ingenieur dengan penilaian summa cumlaude (Sangat sempurna) dengan nilai rata-rata 10 dari Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean.

Rumus Faktor Habibie
Rumus yang di temukan oleh Habibie dinamai "Faktor Habibie" karena bisa menghitung keretakan atau krack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang sehingga ia di juluki sebagai "Mr. Crack". Pada tahun 1967, menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung. Dari tempat yang sama tahun 1965.

Kejeniusan dan prestasi inilah yang mengantarkan Habibie diakui lembaga internasional di antaranya, Gesselschaft fuer Luft und Raumfahrt (Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar) Jerman, The Royal Aeronautical Society London (Inggris), The Royal Swedish Academy of Engineering Sciences (Swedia), The Academie Nationale de l'Air et de l'Espace (Prancis) dan The US Academy of Engineering (Amerika Serikat).

Sementara itu penghargaan bergensi yang pernah diraih Habibie di antaranya, Edward Warner Award dan Award von Karman yang hampir setara dengan Hadiah Nobel. Di dalam negeri, Habibie mendapat penghargaan tertinggi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ganesha Praja Manggala Bhakti Kencana.

Tips menulis dari Ahmad Fuadi

Tips Menulis dari Ahmad Fuadi

Tips menulis: WHY, WHAT, HOW, WHEN 
WHY: Mengapa kita harus menulis?
Ada satu ajaran penting yang selalu ia ingat bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain. Hidupnya dihantui dengan sebuah pertanyaan “ Apa yang saya (Ahmad Faudi) bisa saya lakukan agar bermanfaat untuk orang lain?" Nah, jawaban yang paling mendasar bagi Ahmad Faudi yaitu dengan menulis buku atau novel. Sehingga jawaban dari sebuah pertanyaan Mengapa kita harus menulis? Maka jawabannya yaitu bahwa semakin besar motivasi yang tumbuh dan semakin besar harapan kita untuk berhasil dan menghasilkan sebuah karya yang bisa bermanfaat untuk orang lain.
WHAT: Apa yang akan kita tulis?

Sebaiknya menulis yang terbaik itu adalah apa yang menjadi gairah, dipedulikan, dan apa yang disenangi. Menulis dengan apa yang paling kita pedulikan, kita tidak akan merasa cepat bosan menulisnya. Kita bisa bertanya dengan teman-teman atau orang lain hal-hal apa yang mereka bicarakan tidak pernah bosan ketika didengarkan. Begitu juga dengan menulis hal-hal apa saja yang kiranya menarik untuk dibahas dan tidak membuat jenuh.
HOW: Bagaimana kita menuliskannya?

Untuk menulis agar bisa menghadirkan kesan yang berbeda perlu dilakukan dengan belajar dan sungguh-sungguh. Menurutnya bahwa menulis itu bisa dilakukan siapa saja, asal dia mau belajar dan mengikuti langkah-langkah pembelajaran yang tepat.
WHEN: Kapan sebaiknya menulis?
Saat terbaik untuk memulai menulis yaitu Sekarang. Menurut Fuadi, waktu menulis yang paling efekti yaitu subuh ketika bangun tidur, dan sore atau malam sepulang kerja. Gunakan setiap harinya untuk menulis, misalkan sore setengah jam, malam setengah jam, dan subuh setengah jam. Lakukan itu dengan konsisten, maka lama kelamaan dari selembar menjadi sebuah, beberapa halaman, dan akhirnya menjadi sebuah buku.

Novel Karya Ahmad Fuadi

Cerita Novel 'Negeri 5 Menara' Karya Ahmad Fuadi

Novel Negeri 5 Menara. Ada apa dengan angka 5 ? Kenapa dengan judul '5 menara'? 
Novel ini menceritakan tentang bagaimana kegigihan seseorang dalam meraih mimpi. Masih ingat dengan buku yang berjudul Laskar Pelangi yang penulisnya Andrea Hirata? Nah, sebenarnya hampir mirip dengan ide novel ini, yaitu tentang kegigihan dalam meraih mimpi. Tetapi, lupakanlah tentang kemiripan tema, karena Negeri 5 Menara ini tampil dengan gaya tersendiri dan mengambil tema dari sebuah pesantren. Pada cerita awalnya saat penulis membacanya memang bisa membuat seakan-akan penulis bisa masuk di dalam kehidupan pesantren. Di dalam novel itu menceritakan sebuah keterpaksaan seseorang pemuda ketika harus menuntut ilmu di pondok pesantren. Selain itu, ada banyak sekali tausiyah dan pesan-pesan yang keren yang termuat di dalam cerita novel ini. Di novel ini seakan kita digurui, ada banyak pesan-pesan di dalamnya.  Cerita kehidupan pesantren dengan segala suka dan dukanya, dengan semua kedisiplinan dan kepolosannya. Dan yang paling mendasari dari semua cerita tersebut yaitu sebuah kata 'Man Jadda wajada' yang berarti 'barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka dia akan menemui kesuksesan'. Intinya dalam cerita tersebut bahwa setiap hal apapun yang kita lakukan, sekecil apapun itu kalau seseorang akan bersungguh-sungguh dalam menjalaninya, maka dirinya pasti akan sukses. Insya Allah...
Bagian lain yang sangat menyentuh hati, bahkan sampai menitikan air mata ketika cerita saat kerinduan Alif menyeruak pada sosok emaknya. “Dan di saat  hatiku rusuh dan nyeri beliau selalu datang dengan sepotong senyum yang sanggup merawat hatiku yang buncah”, itulah deskripsi tentang emaknya bagi seorang Alif.
Di Novel ini selain 'Man Jadda wajada', ada juga kalimat populernya yaitu 'Ajtahidu fauqa mustawal akhar' yang artinya 'berjuang di atas usaha orang lain'. Dan semangat Alif ketika memaksa diri untuk belajar dan setiap ingin menyerah kemudian tidur. Menyeruak dalam hati Alif ketika itu “Ayo satu halaman lagi…satu kalimat lagi.. dan satu kata lagi..” . Kata-kata inilah yang kemudian memacu semangat dan motivasi penulis sendiri. Pokoknya, disepanjang cerita novel ini sangat banyak memberi kita inspirasi dan keren sekali. Ada juga pesan-pesan penting dari ustadz Salman, yaitu bagaimana kita dalam mempersiapkan diri dalam meraih sukses. Apa pesan-pesan itu? Silahkan kamu baca sendiri jika kamu memang belum membacanya. Bisa dipastikan kamu tidak akan menyesal setelah membaca novel ini. Ada banyak sekali pesan yang tersirat di dalamnya. Selamat membaca dan penasaran... 

Novel Karya Andrea Hirata

Novel karyanya

Biografi Andrea Hirata

Biografi

Hirata lahir di Gantung, Belitung Saat dia masih kecil, orang tuanya mengubah namanya tujuh kali. [2] Mereka akhirnya memberi nama Andrea, yang nama Hirata diberikan oleh ibunya.[2] Dia tumbuh dalam keluarga miskin yang tidak jauh dari tambang timah milik pemerintah, yakni PN Timah (sekarang PT Timah Tbk.)[3]
Hirata memulai pendidikan tinggi dengan gelar di bidang ekonomi dari Universitas Indonesia.[3] Meskipun studi mayor yang diambil Andrea adalah ekonomi, ia amat menggemari sains--fisika, kimia, biologi, astronomi dan sastra. Andrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademisi dan backpacker. Sedang mengejar mimpinya yang lain untuk tinggal di Kye Gompa, desa di Himalaya.[butuh rujukan]
Setelah menerima beasiswa dari Uni Eropa, dia mengambil program master di Eropa, pertama di Universitas Paris, lalu di Universitas Sheffield Hallam di Inggris;[3] tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari universitas tersebut dan ia lulus cum laude.[4] Tesis itu telah diadaptasikan ke dalam Bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi ilmiah.[butuh rujukan]
Hirata merilis novel Laskar Pelangi pada tahun 2005.[5] Novel ini ditulis dalam waktu enam bulan berdasarkan pengalaman masa kecilnya di Belitung. [3] Ia kemudian menggambarkannya sebagai "sebuah ironi tentang kurangnya akses pendidikan bagi anak-anak di salah satu pulau terkaya di dunia.".[6] Novel ini terjual lima juta eksemplar, dengan edisi bajakan terjual 15 juta lebih.[2] Novel ini menghasilkan trilogi novel, yakni Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.[3]

Karya Mochtar Lubis

Novel dan Cerpen
Tidak Ada Esok (novel, 1951)
Si Jamal dan Cerita-Cerita Lain (kumpulan cerpen, 1950)
Teknik Mengarang (1951)
Teknik Menulis Skenario Film (1952)
Harta Karun (cerita anak, 1964)
Tanah Gersang (novel, 1966)
Senja di Jakarta (novel, 1970; diinggriskan Claire Holt dengan judul Twilight in Jakarta, 1963)
Judar Bersaudara (cerita anak, 1971)
Penyamun dalam Rimba (cerita anak, 1972)
Harimau! Harimau! (novel, 1975)
Manusia Indonesia (1977)
Berkelana dalam Rimba (cerita anak, 1980)
Kuli Kontrak (kumpulan cerpen, 1982)
Bromocorah (kumpulan cerpen, 1983)
Karya jurnalistik
Perlawatan ke Amerika Serikat (1951)
Perkenalan di Asia Tenggara (1951)
Catatan Korea (1951)
Indonesia di Mata Dunia (1955)
Lainnya ; Mochtar Lubis juga menjadi editor:
Pelangi: 70 Tahun Sutan Takdir Alisyahbana (1979)
Bunga Rampai Korupsi (bersama James C. Scott, 1984)

Hati Nurani Melawan Kezaliman: Surat-Surat Bung Hatta kepada Presiden Soekarno (1986)

Biografi Mochtar Lubis

Mochtar Lubis lahir di Padang, Sumatera Barat, 7 Maret 1922. Ayahnya pegawai Binnenlands Bestuur (BB) Pemerintah Hindia Belanda yang pada tahun 1935 pensiun sebagai Demang Kepala Daerah Kerinci. Demang Pandapotan itu digantikan oleh ayahnya, Demang Anwar Maharadja Soetan.
Biografi Mochtar Lubis
Biografi Mochtar Lubis

Setelah tamat HIS Sungai Penuh, Mochtar masuk sekolah ekonomi di Kayutanam pimpinan SM Latif. Seperti halnya dengan sekolah INS pimpinan M Syafei, juga di Kayutanam, murid-muridnya diajar mengembangkan bakat melukis, mematung, bermusik, dan sebagainya.
Mochtar sebentar jadi guru sekolah dasar di Pulau Nias, kemudian pindah ke Jakarta. Di zaman Jepang dia bekerja sebagai anggota tim yang memonitor siaran radio sekutu di luar negeri untuk keperluan Gunseikanbu, Kantor Pemerintah Bala Tentara Dai Nippon. Tahun 1944 dia menikah dengan Halimah, gadis Sunda yang bekerja di sekretariat redaksi harian Asia Raja.
Pada tahun 1945 dia bergabung dengan kantor berita Antara. Menjelang penyerahan kedaulatan pada tanggal 27 Desember 1949, dia menjadi Pemimpin Redaksi Surat Kabar Indonesia Raya. Tatkala pertengahan tahun 1950 pecah Perang Korea, Mochtar meliput kegiatan itu sebagai koresponden perang.
Pada paruh pertama dasawarsa 1950-an pers di Jakarta dicirikan oleh personal journalism dengan empat editor berteman dan berantem, yaitu Mochtar Lubis (Indonesia Raya), BM Diah (Merdeka), S Tasrif (Abadi), dan Rosihan Anwar (Pedoman).
Yang paling militan di antara empat sekawan tadi ialah Mochtar Lubis. Tahun 1957 dia dikenai tahanan rumah, kemudian dipenjarakan. Semuanya selama sembilan tahun sampai tahun 1966.
Sebagai wartawan, dia bikin berita gempar pada berbagai afair. Pertama, afair pelecehan seksual yang dialami Ny Yanti Sulaiman, ahli purbakala, pegawai Bagian Kebudayaan Kementerian P & K. Bosnya tidak saja mencoba merayu Yanti, tetapi juga mengeluarkan kata-kata seks serba "seram". Kedua, afair Hartini ketika terungkap hubungan Presiden Soekarno dengan seorang wanita di Salatiga yang mengakibatkan Ny Fatmawati marah dan meninggalkan istana. Ketiga, afair Roeslan Abdulgani. Menurut pengakuan Lie Hok Thay, dia memberikan uang satu setengah juta rupiah kepada Roeslan yang berasal dari ongkos mencetak kartu suara pemilu. Akibatnya, Menteri Luar Negeri (Menlu) Roeslan Abdulgani yang hendak pergi menghadiri konferensi internasional mengenai Terusan Suez mau ditahan oleh CPM tanggal 13 Agustus 1956, tetapi akhirnya urung berkat intervensi Perdana Menteri (PM) Ali Sastroamidjojo.
Setelah Indonesia Raya tidak lagi terbit, tahun 1961 Mochtar dipenjarakan di Madiun bersama mantan PM Sutan Sjahrir, Mohammad Roem, Anak Agung Gde Agung, Sultan Hamid, Soebadio Sastrosatomo, dan lain-lain. Semuanya dinilai sebagai oposan Presiden Soekarno.
Tahun 1968 Indonesia Raya terbit kembali. Mochtar melancarkan investigasi mengenai korupsi di Pertamina yang dipimpin Letjen Dr Ibnu Sutowo. Utang yang dibikin Ibnu Sutowo di luar negeri mencapai 2,3 miliar dollar AS. Ia diberhentikan oleh Presiden Soeharto.
Ketika terjadi peristiwa Malari, Januari 1974, para mahasiswa mendemo PM Jepang Tanaka, Pasar Senen dibakar, disulut oleh anak buah Kepala Opsus Ali Moertopo. Soeharto jadi gelagapan. Ia instruksikan membredel sejumlah surat kabar, antara lain Indonesia Raya, Pedoman, dan Abadi. Setelah bebas lagi bergerak pasca-G30S/PKI, Mochtar banyak aktif di berbagai organisasi jurnalistik luar negeri, seperti Press Foundation of Asia. Di dalam negeri dia mendirikan majalah sastra Horison. Ia menjadi Direktur Yayasan Obor Indonesia yang menerbitkan buku-buku bermutu.
Selain sebagai wartawan, Mochtar juga dikenal sebagai sastrawan. Pada mulanya dia menulis cerita pendek (cerpen) dengan menampilkan tokoh karikatural Si Djamal. Kemudian dia menulis novel, seperti Harimau Harimau, Senja di Jakarta, Jalan Tak Ada Ujung, dan Berkelana dalam Rimba. Dia memperoleh Magsaysay Award untuk jurnalistik dan kesusastraan.
Sebagai orang yang memiliki banyak bakat, tidak heran bila Mochtar pandai melukis. Ketika ditahan di penjara Madiun, dia menjadi perupa. Sebagai budayawan, dia aktif dalam berbagai kegiatan di Taman Ismail Marzuki. Dia anggota Akademi Jakarta sedari semula hingga sekarang.
Tak perlu ditambahkan bahwa dalam kehidupannya dia membuktikan berjiwa dan berperan sebagai pahlawan, seperti pahlawan kebebasan pers, pahlawan berkreasi. Sesungguhnya dia dapat disebut 5-wan, yakni wartawan, seniman, sastrawan, budayawan, dan pahlawan.
Karena Mochtar dihargai sebagai pahlawan yang berjuang untuk cita-cita dan berani memikul konsekuensinya, seperti mendekam dalam penjara bertahun-tahun lamanya, paling tidak orang-orang di kampung halamannya, di Mandailing, memberikan sebutan kehormatan kepadanya. Menurut putranya, Ade Armand Lubis, tatkala Mochtar beserta istri dan anak-anaknya pulang kampung, di sana dia dinyatakan sebagai Raja Pandapotan Sibarani Sojuangan. Adapun Raja Pandapotan itu gelar Mochtar. Sibarani dan Sojuangan adalah orang yang berani dan berjuang.
Penamaan lain diberikan oleh Dr Mochtar Pabottingi, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Ketika Mochtar merayakan hari ulang tahun ke-80, seorang pembicara, yaitu Mochtar Pabottingi, menamakan Mochtar Lubis person of character, insan yang berwatak. Di negeri kita sekarang makin langka person of character itu. Bung Hatta di zaman pendidikan nasional Indonesia awal tahun 1930-an suka menyerukan agar tampil manusia-manusia yang punya karakter.
Ketika tahun 1973 diusulkan oleh panitia yang diketuai Jenderal AH Nasution supaya kepada tiga wartawan pejuang dianugerahkan Bintang Mahaputra, yaitu BM Diah, Rosihan Anwar, dan Mochtar Lubis, kabarnya Presiden Soeharto bertanya kepada Jenderal Soemitro: "Mit, coba beri saya alasan, mengapa Mochtar Lubis harus dapat Bintang Mahaputra".