Biografi
Hirata lahir di Gantung, Belitung Saat dia masih kecil, orang tuanya mengubah namanya tujuh kali. [2] Mereka akhirnya memberi nama Andrea, yang nama Hirata diberikan oleh ibunya.[2] Dia tumbuh dalam keluarga miskin yang tidak jauh dari tambang timah milik pemerintah, yakni PN Timah (sekarang PT Timah Tbk.)[3]Hirata memulai pendidikan tinggi dengan gelar di bidang ekonomi dari Universitas Indonesia.[3] Meskipun studi mayor yang diambil Andrea adalah ekonomi, ia amat menggemari sains--fisika, kimia, biologi, astronomi dan sastra. Andrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademisi dan backpacker. Sedang mengejar mimpinya yang lain untuk tinggal di Kye Gompa, desa di Himalaya.[butuh rujukan]
Setelah menerima beasiswa dari Uni Eropa, dia mengambil program master di Eropa, pertama di Universitas Paris, lalu di Universitas Sheffield Hallam di Inggris;[3] tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari universitas tersebut dan ia lulus cum laude.[4] Tesis itu telah diadaptasikan ke dalam Bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi ilmiah.[butuh rujukan]
Hirata merilis novel Laskar Pelangi pada tahun 2005.[5] Novel ini ditulis dalam waktu enam bulan berdasarkan pengalaman masa kecilnya di Belitung. [3] Ia kemudian menggambarkannya sebagai "sebuah ironi tentang kurangnya akses pendidikan bagi anak-anak di salah satu pulau terkaya di dunia.".[6] Novel ini terjual lima juta eksemplar, dengan edisi bajakan terjual 15 juta lebih.[2] Novel ini menghasilkan trilogi novel, yakni Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.[3]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar